Mengapakah Kita Sakit?


Pertanyaan di atas sangat sederhana tetapi jawabannya bermacam-macam, tergantung pada siapa yang menjawabnya, yakni apa latar belakangnya, apa tingkat pendidikannya, bagaimana kondisi lingkungan tempat tinggalnya.

Secara keilmuan Islam, orang sakit karena Allah sayang padanya. Dalam sebuah hadits diceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Bila Allah menyayangi seorang hamba maka diujinya dengan penyakit-penyakit sehingga hamba tersebut berjalan di muka bumi tanpa dosa.
Tapi kita tidak boleh berdiam di situ saja, karena berobat juga adalah sesuatu yang diperintahkan. Artinya, berobat adalah suatu perintah yang bila dilakukan sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya maka itu termasuk ibadah. Orang sakit diberi pahala karena penyakitnya, dan orang berobat diberi pahala karena usahanya untuk berobat.
Apa kemungkinan kata-kata orang-orang lain tentang penyebab penyakit?
Ahli lingkungan mengatakan bahwa penyakit muncul karena lingkungan kotor. Ahli gizi mengatakan bahwa penyakit muncul karena gizi tak seimbang. Pendidik mengatakan bahwa penyakit muncul karena pendidikan tidak maju, dan seterusnya dan sebagainya.

Penyebab Penyakit secara Umum
Sesungguhnya ada empat hal pokok yang menentukan sakit atau sehatnya seseorang, yakni faktor spiritual, faktor mental, faktor emosi dan faktor fisik. Sesungguhnya faktor fisik hanya memegang peranan terkecil dalam hal ini, yakni 10%, tapi kita, tapi perhatian kita terhadapnya paling besar. Faktor fisik ini meliputi makanan, suhu, angin, panas, kuman dan sebagainya. Bila kita sakit, sering kali yang pertama kita lakukan adalah tindakan-tindakan fisik.

Spiritual Paling Berperan
Faktor spiritual (ruhani, agama) mempunyai pengaruh 50% persen terhadap kesehatan. Ini dapat kita lihat dari pengalaman banyak orang. Do'a, dzikir, baik sangka kepada Allah, shadaqah, dan tilaawatul Qur'an adalah hal-hal yang sering diceritakan mempunyai pengaruh terbanyak. Dalam acara-acara di TV tak jarang kita mendapat informasi seputar hal ini. Bahkan di layar kaca ini ada acara khusus pengobatan berbagai penyakit dengan terapi akhlaq. Halaman ini akan terlalu panjang bila pengalaman-pengalaman tersebut dibeberkan di sini.

Pengaruh Emosi
Emosi jangan diartikan sempit dengan kata marah atau jengkel. Memang kemarahan dan kejengkelan mempengaruhi kesehatan, Emosi sebenarnya mencakup rasa cinta, rindu, dendam, iri dan semacamnya.
Emosi mempunyai pengaruh 20% terhadap kesehatan. Seorang ayah yang sebenarnya sakit-sakitan, karena rasa cintanya pada keluarganya dia dapat menahan rasa sakitnya sehingga dia bangun dari tempat tidur dan bekerja. Seorang ibu yang baru saja melahirkan anak, begitu mendengar tangisan bayinya, rasa sakit, penat, cemas, dan sebagainya, spontan hilang hampir tanpa bekas. Sebaliknya, seorang bapak mati mendadak karena tiba-tiba mendengar kabar bahwa anaknya menjual sebelah ginjalnya untuk melunasi utang sang bapak. Dan banyak contoh-contoh lain dalam kehidupan nyata,

Bagaimana dengan Mental?
Mental adalah semangat untuk bertahan dalam menghadapi sesuatu. Optimisme adalah salah satu bentuknya. Mental mempunyai pengaruh selebihnya, yakni 20%, terhadap kesehatan.
Ada seorang pedagang di Lombok Timur, mengidap penyakit tertentu. Ketika kawan kami menawarkan untuk memakai suatu obat, herba, ia menjawab: "Saya sudah berobat ke mana-mana, ke semua arah, ke dokter, mantri, dukun, dan sebagainya, tapi tak sembuh-sembuh. Sia-sia saja." Sesungguhnya orang ini telah putus asa. Mentalnya yang perlu diobati terlebih dahulu.

Lalu Apa?
Itulah hal-hal yang berpengaruh terhadap kesehatan. Adapun angka-angka persentase tersebut bukanlah angka eksak, karena persoalan penyakit bukan persoalan benda mati atau fisik semata. Itu hanya gambaran saja untuk menentukan prioritas. Bila menghadapi penyakit, maka spiritual yang harus diperhatikan terlebih dahulu. Seorang petugas kesehatan, apapun namanya, dokter, mantri, tabib, dan sebagainya hendaklah selalu mendahulukan faktor spiritual terlebih dahulu. Kembalikanlah segalanya kepada yang Mahakuasa. Ajaklah pasien mengembalikan segala urusan kepada-Nya, perbanyak dzikir, istighfar dan sebagainya.
Ada cerita menarik, seorang therapist kawan saya di Surabaya bercerita: "Pernah seorang preman datang ke klinik saya dan meminta tolong ditangani penyakitnya. Melihat penampilannya, saya menanyakan padanya apakah dia shalat. Dia mengatakan tidak pernah, jangankan shalat. Saya katakan, 'Bagaimana saya dapat menolong saudara kalau saudara tidak shalat? Saudara pulang dulu, shalat dengan rajin. Setelah itu datang lagi.' Kata-kata saya rupanya diperhatikan betul, sehingga pada satu hari saya bertemu lagi dengan orang itu. Saya kaget ketika dia berkata, 'Pak, saya tidak jadi berobat. Saya sudah sembuh karena shalat.' SubhaanalLaah."

Tindakan ideal
Sekali lagi, untuk menangani suatu penyakit, faktor spiritual harus dinomorsatukan. Kemudian mental pasien harus dibangkitkan bahwa setiap penyakit ada obatnya. Yang Mahakuasa tidak menurunkan penyakit melainkan menurunkan obatnya juga. Dengan demikian ia akan siap menjalani pengobatan dengan tulus.
Lalu, ingatkan dengan anak, isterinya, dan keluarganya yang lain untuk merangsang emosinya. sehingga kemauannya untuk berobat kian membara.
Bila hal-hal tersebut telah dilakukan, barulah dilakukan terapi fisik. Gunakanlah obat-obat yang kita kenal sehingga kita dapat memastikan bahwa obat itu halal, thayyib (layak), terjamin, tidak sulit didapat.
Itulah beberapa hal yang menentukan sakit atau sehatnya seseorang.

Tirpas, 29 Juni 2011 (08:48)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow me